Pada siang itu, dengan cuaca yang cukup ekstrim yang membuat setiap mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di sebuah ruangan sederhana sedikit kepanasan. Namun semangat mereka untuk masuk dan belajar mata kuliah penulisan features tidak mencair dan menguap ke angkasa. Dengan setia menunggu dosen mereka datang, seorang dosen yang akan memberikan dan menambahkan ilmu kepada mereka tentang dunia kepenulisan, atau yang lebih dikenal dengan dunia jurnalistik. Saat itu ada yang berbeda terlihat, ketika dosen yang telah berpengalaman dalam menulis feature itu memasuki ruangan dengan seorang anak yang masih mengenakkan baju seragam sekolahnya. Seorang anak lelaki yang merebut perhatian para mahasiswa di ruangan itu. Pada awal kedatangannya ke ruangan tersebut, anak lelaki yang bernama Hafizh itu hanya terdiam dan duduk rapi di bangku. Tidak ada tanda-tanda untuk bergerak lebih.
Namun ketika dosen mata kuliah penulisan features, Bapak Fairus memulai perkulihannya, sosok Hafizh terus memerhatikan dosen tersebut dengan seksama, sama seperti mahasiswa yang lainnya, memerhatikan dan mendengar setiap kata yang diutarakannya. Dan ketika Pak Fairus menjelaskan perkuliahannya lebih lanjut, Hafizh mulai tak menetap dalam sikap duduk awalnya, dirinya mulai terpengaruh dengan benda yang ada di depannya seperti penghapus dan spidol, dan juga benda-benda disamping dan disekelilingnya.
Waktu terus berlanjut, dan ketika Pak Fairus mulai menyuruh mahasiswanya untuk menceritakan kembali apa yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya. Dan mulainlah satu per satu mahasiswa berdiri dan mulai bercerita. Saat itulah pandangan Hafizh mulai kembali memerhatikan keadaan dan apa yang dilakukan oleh para mahasiwa tersebut. dirinya terus mendengarkan cerita-cerita yang mengalir dari setiap kata-kata yang diucapkan oleh mahasiswa, baik dari abang dan kakak kuliah di ruangan itu. Hafizh mendengarkan dengan baik dan memahami cerita apa yang diceritakan. Ketika ada cerita yang lucu dirinya ikut tertawa, ketika ada suara yang sedikit parau dari mahasiswa yang bercerita, dia mulai mencari tahu, mengapa kok suaranya mulai seperti itu. Dalam diamnya dengan bertopang dagu, Hafizh menjadi seorang penilai cerita. Dirinya bisa menilai cerita yang menarik dan tidak menarik baginya. Ketika menarik baginya, dirinya terus mendengar cerita dan memperhatikan peceritanya, ketika tidak menarik baginya, dirinya mulai mencari kegiatan lain untuk memutuskan rasa tidak tertariknya, seperti bermain dengan penghapus dan spidol yang ada di depannya, tepatnya di atas meja.
Namun dengan kegiatan-kegiatan yang dirinya lakukan sendiri, Hafizh sama sekali tidak menganggu proses perkuliahan pada hari itu. Hafizh seorang anak SD yang mengerti dan mengetahui bagaimana dirinya bersikap dalam keadaan tersebut. Dirinya mengerti bagaimana dan apa yang harus dilakukan ketika Pak Fairus yang merupakan ayahnya sedang mengajar. Dan pada siang yang menjelang sore itu, telah menambah pengalaman bagi dirinya, pengalaman yang akan berkata bahwa dirinya telah belajar di dunia perkuliahan, dunia yang akan dirinya tempuh untuk belasan tahun kedepan.Pengalaman belajar dalam suasana yang berbeda dengan apa yang dirinya dapatkan di sekolah dasarnya.
Posting Komentar